Sabtu, 19 Desember 2020

Bincang Seni #8 - Membaca Teater Hari Ini

Tahukah kamu, kalo era 1990-an, dunia teater itu telah bereksperimen dengan ruang maya. Di tahun 1993, Brenda Laurel menggunakan Virtual Reality melalui display head-mounted, kemudian hadir pula Char Davies Osmose yang bereksperimen dengan pelacakan gerak real-time berdasarkan pernapasan dan keseimbangan disertai suara 3D interaktif pada tahun 1995. Setahun sebelumnya, Gromala dan Sharir melakukan pertunjukan tari melalui dunia maya dengan boneka digital. Saat virtual reality digunakan secara interaktif, hadirnya pengeksplorasian terhadap hal-hal baru. Keterikatan tradisional antara Aktor-ruang dan penonton menjadi sebuah spectactor atau sebutlah saksi/pemandang.

Bagaimana seorang dosen desain teater Andrea Moneta menggunakan metaverse Second Life atau dunia maya 3D yang dapat membuat avatar serta objek-objek lainnya untuk menciptakan ruang pertunjukan pada teater? Bukan hanya menciptakan set dan pertunjukan virtual, ia pun melahirkan penonton avatar. Teater Virtual sebenarnya memungkinkan kita untuk bisa merancang set yang terbatas, avatar bisa diciptakan berjalan, berlari serupa kerja para aktor di panggung.

Andrea Moneta sendiri pernah terlibat dalam pertunjukan teater berjudul @nts sebuah pertunjukan teater multi dimensi yang digagas oleh Philip K. Dicks. Avatar tampil dalam set virtual second life pada penonton, dimana saat yang bersamaan  aktor teater sesungguhnya tampil live (secara langsung) di panggung teater dengan penonton yang sebenarnya. Moneta berhasil menangkap Ruang Teater sesungguhnya dalam kamera kemudian ia proyeksikan ke virtual secondlife. Teknologi terus berkembang, menghadirkan begitu banyak platform virtual untuk pemanggunngan, salah satunya Facebook yang mengawali potensi pertunjukan teater maya. Dunia saat ini mengalami revolusi teknologi besar-besaran termasuk teater.

Sebelum Covid-19 merebak ke seluruh dunia menjadi pandemi yang sangat mematikan. Teater telah meretas batas memasuki ruang teknologi. Kita mengamininya saat ini dan mulai beradaptasi dengan keadaan, seolah Covid-19 telah benar-benar melumpuhkan kesenian. Namun, teater begitu kompleks. Apakah gagasan virtual akan benar-benar menjadi jawaban dari kegelisahan sepanjang pembatasan sosial berlaku karena pandemi?

Sulawesi Tengah, hingga saat ini masih sangat berjarak dengan gagasan-gagasan virtual. Kelompok-kelompok teater sebelum Pandemi, bahkan sebelum Bencana Gempa dua tahun silam, tidak juga lantas dibilang produktif dalam pengkaryaan. Lalu, apakah teater virtual akan menjawab permasalahn Teater di Sulawesi Tengah saat ini? Apakah kita juga akan mengamini, bahwa teater di ruang virtual bukan lagi alternatif tapi jalan solutif?

Suasana Bincang Seni #8 di Teater Terbuka
Komunitas Seni Lobo


Salah satu program Komunitas Seni Lobo, adalah BINCANG SENI. Sebuah program diskusi soal kesenian yang terjadi di Sulawesi Tengah saat ini secara khusus. Sayangnya, sejak pandemi dan ada larangan untuk membuat kegiatan dengan melibatkan massa, beberapa program di Komunitas Seni Lobo ikut tertunda salah satunya adalah Bincang Seni. Alhasil, di masa pandemi kami mengalihkan ke digital bertajuk NGOPI DARING (Ngobrol Seni dan Pandemi dari Rumah Masing-masing). Namun, kami merasa belum maksimal ditambah lagi dengan jaringan yang tidak selamanya stabil.

Di penutup tahun, Bincang Seni pun akhirnya bisa kami hadirkan kembali tentunya dengan banyak keterbatasan. Bincang Seni seri 8 ini membahas TEATER HARI INI dengan 4 narasumber yaitu Zulkifli Pagesa atau yang lebih dikenal Uun Pagesa, Emhan Saja, Ais Mangala dari Sigi dan Hamlan. Sebenarnya diawal kami menghadirkan 5 narasumber, sayangnya salah satunya sedang dalam kondisi kurang sehat yaitu Dili Suwarno, pelaku teater muda jebolan ISI Yogyakarta. Bincang Seni ini menjadi agenda penutup tahun 2020. 

Begitu kompleks persoalan kesenian di daerah ini, pasca bencana ditambah lagi hampir 9 bulan mengalami stagnan akibat pandemi. Semoga para insan teater serta pelaku seni di Sulawesi Tengah tetap terus bertahan dengan prosesnya masing-masing ditengah ketidakpastian kondisi negara kita saat ini. Semoga pula para pemimpin daerah yang baru saja terpilih melalu Pilkada serentak 9 Desember 2020 kemaren, bisa membuat kebijakan yang memberi angin segara bagi kesenian di daerah kita.

Semoga di tahun depan masih terdapat peluang baru yang memungkinkan kita untuk tetap berkumpul dan berkolektif. Selalu sehat! 



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar