Minggu, 11 Februari 2024

Napu dan Kenangan

Situs Watunongko, Napu (Dok. Pribadi 2023)


Akhir Desember kemaren, saya kembali ke lembah ini. Ada sebuah project yang sedang saya kerjakan dan sepertinya Napu memiliki magnet tersendiri untuk saya bisa kembali lagi. Banyak perubahan yang terjadi, mulai dari akses hingga penanda peristiwa. Saya pertama kali ke Napu di tahun 2001 saat masih kuliah.

Situs Watulumu, Napu (Dok. Pribadi 2023)

Lembah Napu yang memiliki hamparan padang rumput dan dikelilingi gunung-gunung berhutan berada diatas ketinggian 1.100 meter. Disebelah utaranya ada lembah Sedoa yang kecil, dan sebelah selatannya berbatasan dengan lembah Behoa. Di barat dan timurnya terlihat pegunungan, sementara dibagian tenggara membentang padang rumput yang indah yang dibelah Sungai Lariang beserta sungai-sungai kecil lainnya yang bermuara ke Lariang. Indah!

 

2023 saya kembali lagi kesini dan sepertinya ada yang berubah. Kelembapannya sudah tak seperti dulu sejak pertama kali kesini. Perubahan iklim global yang melanda dunia ternyata juga memberi dampak pada lembah ini, yahh seperti suhu udara dan kondisi cuaca yang semakin tidak menentu sementara Napu turut menjadi penyangga cagar Biosfer Lore Lindu. Namun, selalu banyak hal yang ingin menarik tentang Napu. Kekaguman dan menelisik sejarah yang tersimpan rapi. Karna lekatnya Napu, saya menjadikannya sebagai lokus utama dari film tari saya dan buku cerita anak berbahasa Kaili yang saya tulis juga berlatar belakang Napu.

Dua putri saya pun telah saya ajak berlibur di Napu walaupun sebenarnya mereka lagi menemani ibunya bekerja sih. Setidaknya pertanyaan-pertanyaan mereka telah saya catat dan akan saya berikan jawaban yang lebih bisa mereka pahami saatnya nanti ketika saya mengajak mereka kembali lagi kesini.

 

Sementara itu, waktu yang terus bergulir membuat surga kecil ini seakan terus berkembang, dan perjalanan menuliskannya juga masih sangatlah panjang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar